Punya beberapa keponakan penyuka komik itu ada untungnya juga. Setiap kali mereka merengek minta dibelikan komik baru, itu berarti saya punya bahan bacaan baru. Asyik, kan?

Untungnya juga, orang tua mereka mau membelikan komik yang mendidik untuk anak-anak mereka. Orang tua jaman sekarang musti selektif memilih bahan bacaan untuk anak-anak mereka. Jika tidak diperhatikan baik-baik, anak-anak mereka malah membaca buku-buku yang bukan-bukan.

Komik-komik mendidik itu adalah ‘Why?’. Komik ini adalah tentang ilmu pengetahuan, bikinan Korea Selatan, di dalam negeri diterbitkan PT Elex Computindo.

Komik ini bertema beda-beda tiap edisi. Ada yang tentang bumi, laut, flora fauna, robot, sains olahraga, mikroorganisme, otak, fosil, komputer, dan masih banyak lagi. Jika dikumpulkan jadi satu, koleksi para keponakanku berjumlah 30-an eksemplar. Jumlah yang menyenangkan untuk tambahan bacaan ringan saya.

Saya senang mereka suka komik-komik bermanfaat itu. Juga patut disyukuri bahwa orang tua mereka bersedia membelikannya. Komik-komik itu bermanfaat buat mereka, menguntungkan buat saya.

***

Rupanya, komik Why? kena gugat. Ini berkaitan dengan isinya yang dianggap mempromosikan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender). Di dunia maya, peristiwa ini lumayan ramai sebab topiknya merembet ke mana-mana, rata-rata sensitif pula.

Kebetulan, edisi komik Why? yang jadi buah pembicaraan itu ada di koleksi para keponakan saya. Edisi itu membicarakan topik tentang ‘pubertas’. Ya, tentang pubertas!

Saya langsung pinjam ke mereka. Tapi untuk mendapatkan topik itu, mereka tidak bisa menyerahkannya langsung ke tangan saya. Komik itu tersimpan khusus di lemari ibunya, bukan di rak buku yang terletak di ruang terbuka di rumah. Jadi, untuk meminjamkannya pada saya, mereka kudu minta dulu kepada ibunya, baru setelah itu mereka menyerahkannya ke saya. Edan! Birokrasinya berbelit begitu jadinya.

Kenapa dibikin berbelit? Saya tidak tanya langsung ke orang tua mereka. Namun, rekaan saya, karena orang tua mereka cukup berhati-hati soal komik itu. Komik itu tersimpan di lemari dan bukan di rak buku sebab biasanya keponakan saya mengajak teman-temannya untuk baca bareng buku-buku atau komik-komik dari rak buku itu. Agar tema pubertas tak terbaca oleh anak-anak tanpa bimbingan, maka lebih baik disimpan di tempat lain saja.

Tema pubertas dari komik itu memang cukup merepotkan, demikian pengakuan orang tua mereka. Keponakan saya, yang sudah kelas 6 SD, sudah membacanya. Oleh karena tema itu terbilang baru bagi mereka, maka muncullah pertanyaan-pertanyaan yang bikin rikuh untuk dijawab.

Seperti ketika dia membaca tentang asal manusia dari perjumpaan sperma dan sel telur di rahim perempuan. Anak itu rupanya sulit membayangkan, bagaimana bisa sperma bisa bertemu sel telur di rahim ibunya? Bagaimana cara masuknya? Dia belum punya konsep tentang persetubuhan antara dua jenis manusia. Dia lantas bertanya pada bapaknya. Bapaknya tentu saja mesem-mesem rikuh dan menjawab spontan: “dengan cara disuntik.” Beruntung, anaknya punya konsep suntik-menyuntik–dalam arti harfiah tentu saja–dalam benaknya, sehingga pertanyaannya berhenti di situ

Pertanyaan-pertanyaan semacam ini tentu kerap muncul. Anak-anak adalah fase penasaran dan serba ingin tahu. Dalam tema-tema macam pubertas, bimbingan orang tua mutlak diperlukan.

***

Komik “Why? Pubertas” itu sudah di tangan saya. Saya lihat, di sampul depan belakangnya tertulis dengan mentereng “Untuk Remaja dengan Bimbingan Orang Tua”. Pesan ini juga diulang di halaman pengantar.

Di halaman 150 memang terdapat bab yang berjudul ‘Mencintai Sejenis’. Tampaknya, bab inilah yang membikin ramai dunia maya.

Ketimbang memasuki perdebatan pro atau kontra, saya rasa lebih baik saya tampilkan isi dari bab itu. Saya akan usahakan menyajikannya sebagaimana adanya, tanpa pretensi untuk mendukung pada salah satu pihak.

Saya pilih sekadar menyajikannya apa adanya sebab saya yakin banyak yang belum baca komik ini. Nah, kalau sudah membacanya, silahkan berdebat, tapi jangan ajak-ajak saya.

***

Bab tentang Mencintai Sejenis itu menampilkan dialog antara Komji, salah satu karakter dalam komik Why?, dengan ibunya. Digambarkan bahwa ada beberapa istilah yang tidak dipahami dan disalahpahami oleh Komji, lalu dijelaskan oleh ibunya.

Ceritanya, saat itu Komji mengadu sambil menangis ke ibunya. Di sekolah dia diledek oleh sekelompok teman-teman sekolahnya yang menyebalkan hanya karena bergandengan tangan dengan teman perempuannya. “Aku dan Si Nia bergandengan tangan,” kata Komji. “Lalu anak-anak cowok mengejek kami lesbian.”

Ibunya menjelaskan bahwa kata ‘lesbi’ itu bukanlah ledekan, melainkan istilah yang menunjuk perempuan yang mencintai sesama perempuan. “Kamu terlalu berprasangka….” kata ibunya.

Lalu, terjadilah dialog berikut ini:

“Misalnya kamu pendek dan buruk rupa, lalu orang-orang mengejekmu. Bagaimana perasaanmu?” Tanya ibu Komji.

“Pasti sebal sekali!” Tandas Komji.

“Bayangkan, kamu memperkenalkan pacarmu ke teman-temanmu, lalu mereka berkomentar kurang baik. Lalu apa pendapatmu?” Ibunya bertanya lagi.

“Yang menyukainya kan aku, mereka nggak usah ribut!” Komji menjawab lagi dengan gemas.

“Nah, membayangkan saja sudah sebal, kan?” Sekali lagi ibunya bertanya.

“Ya, rasanya sangat terhina!” Komji makin gemas.

“Justru itu!” Ibunya mulai menjelaskan. “Cinta terhadap seseorang itu tidak bisa dipaksakan. Itu ditentukan oleh hati. Setiap orang punya hak untuk mencintai dan dicintai, dan bila mereka mencintai sesama jenis, itu adalah pilihan mereka. Jika boleh memilih, tentu saja mereka ingin memilih mencintai lawan jenis.”

Lalu muncullah sebuah pertanyaan yang saya tunggu. Pertanyaan ini keluar dari mulut Komji: “Apa orang yang mencintai sesama jenis itu sakit jiwa?”

Jawaban ibunya tidak secara langsung berupa yes or no. Ibunya menjawab begini, “Di dunia ini jauh lebih banyak orang mencintai lawan jenis kelamin. Jadi mencintai sesama jenis kelamin jadi tampak spesial.”

***

Topik pembicaraan tentang gay dan lesbian terpotong di situ, sebab berikutnya adalah pembicaraan tentang kekeliruan anggapan umum bahwa mencintai sesama jenis menyebabkan terjangkit AIDS. Nanti, setelah serba-serbi AIDS, akan ada pembicaraan mengenai transgender.

Komji bertanya apakah transgender juga homoseksual. Ibunya menjawab bahwa itu adalah dua hal berbeda.

Ibu Komji menjelaskan lebih lanjut bahwa “manusia lahir sebagai wanita atau pria. Tetapi ada orang yang merasa jenis kelamin tubuhnya tidak sama dengan jenis kelamin jiwanya, mereka disebut transgender.”

“Oh? Untung aku nggak pernah memikirkannya. Aku nggak mau….” Belum selesai kata-kata Komji, ibunya langsung menimpali:

“Karena kamu menerima jenis kelaminmu secara alami. Kadang-kadang kita masing-masing menyadari kita perempuan atau laki-laki. Kamu kan juga senang orang lain bilang kamu cantik. Itu berarti kamu mengaku sendiri bahwa kamu perempuan.”

Ibunya menambahkan, “Masalah ini agak sulit kamu pahami. Transgender adalah suatu kondisi di mana seseorang merasa tidak nyaman dengan kondisi fisiknya.”

“Apa yang terjadi jika mereka jatuh cinta?” Tanya Komji.

“Terjadi apa? Ya, seperti orang mencintai orang saja.” Jawab Ibunya. “Jika seorang transgender dengan jiwa perempuan mencintai seorang laki-laki, itu wajar-wajar saja, bukan?”

“Betul juga! Mengejek orang lain karena dia berbeda dari aku itu kelakuan buruk.” Komji tiba-tiba menyadari sesuatu.

“Anakku memang baik hati dan pintar.” Kata ibunya. “Itu masalah besar menilai orang tanpa mengetahui masalah mereka.”[]

2 responses to “Ihwal Komik Why? Puberty”

  1. Mina Avatar
    Mina

    Kak, aku minta nama akun dong…. apa aja lah… please

    Like

    1. mhilal Avatar
      mhilal

      Lha, ya bikin sendiri dong. Mudah kok. Akun kok minta ke saya… :))

      Like

Leave a reply to mhilal Cancel reply

I’m Hilal

Welcome to Kurusetra, my cozy corner of the internet dedicated to all things creative and delightful. Let’s seize the day!

Let’s connect